MARI KITA SHALAT

Selasa, 13 Juli 2010

Sekeranjang manfaat disiang hari

Tadi siang saya belajar banyak dari sebuah kuliah. mawaris namanya atau yang dikenal umum sebagai hukum waris islam. sejujurnya saya kurang begitu suka dengan mata kuliah itu,ngitung-ngitung bagian warisan bukan hobi saya dan tak akan pernah menjadi hobi saya.. Hahaa

Ada banyak hal yang membuat saya terkesan sekaligus malu pada diri saya sendiri..pertama dosen yang saya pilih adalah dosen yang saya sukai kepribadian dan pemikirannya,saya terkesan,namun saya menjadi malu karena tidak menjadikannya beliau contoh dalam diri saya sendiri,yang kedua sepanjang kuliah berjalan hampir semua hal dipenuhi lisan dan tulisan berbahasa arab (bukan hanya bahasa indah Al-Qur’an)bahkan obrolan dan guyonan pun kadang pakai bahasa arab,seketika saya merasa seperti kuliah dimesir.:D..lagi-lagi saya terkesan sekaligus  merasa malu karena saya tak sepenuhnya mengerti maksudnya.ironis sekali bukan?:(

sekeranjang manfaat disiang hari?ya saya pilih itu karena saya merasa benar-benar disuguhi banyak manfaat yang bisa saya ambil disana,lewat sepasang mata dan telinga saya coba simpan semuanya dan sekarang lewat jemari ini akan saya tuliskan beberapa yang masih bisa saya ingat :)

Rasa Itu Pergi

Rasa itu pergi
setelah kulewati satu senja tanpa senyummu yang misteri


Rasa itu Pergi
setelah sepi yang kusimpan hilang terhapus hujan


Rasa itu pergi 
setelah kunikmati malam dan dirimu yang maya tak lagi datang


Rasa itu pergi
setelah kuhirup pagi dan ternyata wangimu berganti..


Bookmark and Share
NB: puisi yang sudah lama sekali saya simpan,cukup aneh membaca itu sekarang.hahaha

Kamis, 01 Juli 2010

Dialektika kepergianmu

Untuk kesekian kalinya keyboard ini mengambil peran pena yang mungkin saja letih menemani perjalananku menelusuri waktu dan isi pikiranku..Kehidupan memang tak bisa dipercepat tapi sebentuk memori masih bisa dinikmati malam ini,adapun masa lalu meski basi oleh waktu,toh rasanya masih saja sama seperti saat pertama kita menyimpannya.

Disini,aku masih duduk diam dibayangi wajahmu yang sebening embun tadi pagi, sedang rindu ini masih seperti rambu yang berkilauan,menyilaukan bahkan menyesakkan untukku,dan karenanya aku hanya mampu berbicara pelan atau bahkan  hanya ingin serupa tulisan yang bisa kamu baca kapan saja.

Ada yang agak rumit kali ini,ternyata dari semua yang pernah aku bayangkan sebelumnya,aku masih saja bergerak  diantara superego terhadap apa yang kurasakan sendiri entah itu bahagia, kecewa, sedih bahkan marah.Ya kesimpulan-kesimpulan yang kau katakan seringkali membuatku kurang mengerti, selalu saja aku begitu tolol menafsirkan semuanya dan aku slalu merasa itu akan baik-baik saja meskipun akhirnya kamu menjadi terluka karenanya,sementara jika aku keluar dari lingkaran superegoku aku menjadi tak bisa bergerak dan memahami suasana sepenuhnya..ah itu rumit bukan?

Akhirnya kusadari,aku terlalu memaksakan diri mengawali cerita ini dengan mencoba menempatkanmu sama diposisiku, sederet “inginku” kupaksakan menjadi tujuan kita ,dimana  tidak akan pernah ada beda antara apa yang kupikirkan dengan apa yang terpaksa kamu lakukan dan akhirnya sakitmu melekat erat bersama pergimu saat itu

Ironis bagiku: ketika suatu saat aku meyakini keterbatasanku dan ketika aku mulai bisa memahami rasa itu  kaupun memilih membatu lalu kemudian membenci peranmu sendiri hingga tiba-tiba kita menjadi begitu asing dan semakin menjauh.

Sayangku,aku bahkan tak tau apa lagi yang harus kutulis disini hanya saja aku merasa mash harus menyampaikan maafku atas luka yang seringkali mengoyak jiwamu dan membuat tangismu pecah.
maaf...





Bookmark and Share

serpihanku dan batas-batas tentangmu

Malam ini tak ada yang bersembunyi
Kulihat bulan diujung ranting yang kering
Menari bersama jutaan bintang
Bersama melumuri langit
Melukiskan wajahmu yang manis

Surat ini sengaja kutulis untukmu,tak ada yang penting memang,  hanya sekedar mengekspresikan apapun yang ingin kusampaikan padamu,tentunya dengan sederhana dan terus terang..

Mungkin sudah saatnya kita harus mempercayai bahwa segala sesuatu yang ada dimanapun cenderung mencari kesempurnaan, meski kita tahu kesempurnaan itu adalah hal  abstrak yang tak akan pernah bisa ditemukan standar ukurannya..selalu relatif dan mungkin tak bisa disebut oleh sepasang mata kita yang telanjang.

Seperti apa yang terjadi disini, aku tak pernah bosan mencintaimu dalam diam,memikirkan segala tentangmu yang slalu saja jadi hal kecil yang mungkin menyenangkan (aku tak perlu minta izin untuk itu bukan?) Dan malam ini pun keheningan pikiranku berjalan lurus  kearahmu, mengisi setiap rongga dengan pikiran dan batas-batas tentangmu.

Mungkin ada banyak orang sepertiku, yang tak pernah punya alasan yang cukup untuk membuang kenangan yang menumpuk, termasuk mencari alasan logis kita mencintai seseorang. meskipun setiap orang bisa dengan mudah menceritakan cintanya..,menjelaskan apa yang ia peroleh dari setiap episode perjalanan cintanya, entah bahagia,luka, ataupun keterasingan semua dengan mudah keluar dari dadanya, padahal setiap orang dihadapkan pada kenyataan yang cukup rumit untuk diuraikan,seperti saat kita mencintai seseorang yang tak pernah mencintai kita, mungkin kita akan berusaha melupakannya dengan berbagai macam cara,karena meneruskannya sama saja dengan mengamini kekalahan diri yang pasti berbuah rasa sakit.
Lantas bagaimana kita belajar mencerna huruf-huruf kehidupan jika kesedihan  menjadi horror yang paling menakutkan?.

Sepertinya  kita mesti  belajar pada hujan diatas batu yang tawakal berikhtiar 
Bookmark and Share